free counters

Sabtu, 16 April 2011

KONSEP DASAR AKHLAK DAN TASAWUF


A.     Pendahuluan
Di dalam islam akhlak da tasawuf banyak dibicarakan dan dimuat pada Al-Qur’an dan Hadis, sumber tersebut merupakan batasan dalam tindakan kita sehari-hari, sehingga dalam jiwa ini benar-benar menggunakan akhlak dan tasawuf untuk mempermudah kita melakukan suatu ibadah.
            Akhlak dan tasawuf ini akan mengarahkan kita ke jalan yang benar yaitu jalan untuk menyucikan jiwa. Akhlak dan tasawuf itu juga dapat digunakan untuk mempermudah kita melakukan suatu ibadah. Tetapi pada zaman sekarang ini sudah banyak manusia yang tidak menggunakan akhlaknya terutama pada golongan orang-orang muda. Untuk itu marilah kita mengupas tentang akhlak dan tasawuf.

B.    Pengertian Akhlak Dan Tasawuf
1.      Pengertian akhlak
Secara bahasa akhlak berasal dari kata اخلق – يخلق - اخلاق artinya kebiasaan, watak, peradaban yang baik, agama. Kata akhlak sama dengan kata khuluq.[1]
Menurut Ibnu Maskawaih akhlak adalah:
حَالٌ لِلنَّاسِ دَاعِيَةٌ لَهَا اِلَى اَنْعَالِهَا مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ وُرُوِيَّةٍ
Artinya:  Keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu).
Menurut imam Ghazali akhlak adalah:
اَلْخُلْقُ عِبَارَةٌ عَنْ هَيْئَةِ فِى النَّفْسِ رَاسِخَةٍ عَنْهَا تَصْدُرُ اْلاَفْعَالُ بِسُهُوْلَةٍ وَيُسْرٍ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ اِلَى فِكْرٍ وُرُوِيَّةٍ
Artinya:  Suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).[2]
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angankan lagi.[3]

2.      Pengertian tasawuf
Secara bahasa Tasawuf berasal dari kata = saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani, hikmah), suf (kain wol) atau sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan bersikap bijaksana.[4]
      Menurut Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdy mengatakan:[5]
التَّسَوُّفُ هُوَ عِلْمٌ يَعْرَفُ بِهِ اَحْوَالَ النَّفْسِ مَحْمُوْدُهَا وَمَذْْمُوْمُهَا وَكَيْفِيَةُ تَطْهِيْرِهَا مِنْ الْمَذْمُوْمِ مِنْهَا وَتَحْلِيَتُهَا بِاْلاِتْصَافِ بِمَحْمُوْدِهَا وَكَيْفِيَةُ السُّلُوْكِ وَالسَّيِرِ اِلَى الله تَعَالَى وَالْنِرَارُ اِلَيْهِ
Artinya: Tashawuf adalah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui hal ihwal kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkan diri yang buruk dan mengisinya dengan yang terpuji, cara melakukan suluk, melangkah menuju keridhaan Allah dan meninggalkan (larangan-Nya) menuju kepada (perintah-Nya).
      Menurut As-Suhrawardy mengemukakah pendapat Ma’ruf Al-Karakhy, Tasawuf adalah mencari hakikat dan meninggalkan sesuatu yang ada di tangan makhluk (kesenangan duniawi).[6]
      Jadi dapat disimpulkan bahwa tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang merupakan fitrah manusia dengan tujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi, berada dekat atau sedekat mungkin dengan Allah dengan jalan menyucikan jiwanya, dengan melepaskan jiwanya dari noda-noda sifat dan perbuatan tercela.

3.      Tujuan Tasawuf
-          Menurut Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdy tujuan tasawuf meliputi:
a.      Ilmu Syariah
b.      Ilmu Thariqah
c.      Ilmu Haqiqah
d.      Ilmu Ma’rifah
-          Menurut Ma’ruf Al-Karakhy tujuan tasawuf adalah mencari kebenaran yang hakiki dengan cara meninggalkan kesenangan duniawi.

4.      Ciri Perbuatan Akhlak
a.      Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
b.      Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran
c.      Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar
d.      Dilakukan dengan sungguh-sungguh
e.      Dilakukan dengan ikhlas
Tingkatan keburukan akhlak tasawuf menurut Imam Al-Ghazali meliputi:[7]
1.      Keburukan akhlak yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang mengendalikan nafsunya
2.      Perbuatan yang diketahui keburukannya, tetapi ia tidak bisa meninggalkannya karena nafsunya telah menguasai dirinya
3.      Keburukan akhlak yang dilakukan oleh seseorang karena pengertian baik baginya sudah kabur, sehingga perbuatan buruklah yang dianggap baik
4.      Perbuatan buruk yang sangat berbahaya terhadap masyarakat pada umumnya sedangkan tidak terdapat tanda-tanda kesadaran bagi pelakunya, kecuali hanya kekhawatiran akan menimbulkan pengorbanan yang lebih hebat lagi.

C.    Hubungan Akhlak dengan Tasawuf
Akhlak dan tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal sesama manusia. Sedangkan tasawuf mengatur jalannya komunikasi vertikal antara manusia dan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak.[8]



D.    Sumber Ajaran Tasawuf[9]
1.      Unsur islam
-          Al-Qur’an mengajarkan manusia untuk mencintai Tuhan, bertaubat dan menyucikan diri, Tuhan memberi cahaya kepada hambanya
-          Hadis Nabi seperti rahasia penciptaan alam adalah agar manusia mengenal penciptanya
-          Praktek para sahabat seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Hasan Basri, dll
2.      Unsur Non islam
-          Nasrani: cara kependetaan dalam hal latihan jiwa dan ibadah
-          Yunani: unsur filsafat tentang masalah ketuhanan
-          Hindu/Budha: mujahadah, perpindahan roh dari satu badan ke badan yang lain

E.     Hubungan Akhlak dengan Ilmu-Ilmu Lain[10]
1.      Hubungan antara akhlak dengan psikologi
Hubungan antara akhlak dengan psikologi mempunyai pertalian yang erat dan kuat. Adapun akhlak memerlukan apa yang dipersoalkan oleh jiwa tersebut.
Dapat dikatakan bahwa ilmu jiwa (psikologi) adalah sebagai pendahuluan dalam ilmu akhlak.
2.      Hubungan akhlak dengan sosiologi
Dalam ilmu akhlak mempelajari dan mengupas masalah prilaku-prilaku, perbuatan manusia yang timbul dari kehendak ilmu sosiologi mempersoalkan tentang kehidupan masyarakat.
      Manusia tidak dapat hidup tanpa masyarakat. Dapat disimpulkan pula bahwa sosiologi mempelajari masyarakat, manusia yang bagaimana supaya meningkat ke atas, bagaimana menyelidiki tentang bahasa, agama dan keluarga, dan bagaimana membentuk undang-undang dan pemerintahan dan sebagainya.
3.      Hubungan akhlak dengan ilmu hukum
Akhlak memerintahkan berbuat apa yang berguna dan melarang berbuat segala apa yang mudarat. Sedang ilmu hukum tidak, karena banyak perbuatan yang baik dan berguna tidak diperintahkan oleh ilmu hukum. Seperti berbuat baik kepada fakir miskin da perlakuan baik antara suami istri.
4.      Hubungan akhlak dengan iman
Iman menurut bahasa berarti: membenarkan. Sedangkan menurut syara’ adalah membenarkan dengan hati.
      Dapat diketahui bahwa hubungan antara akhlak dengan ilmu sangat erat. Hal tersebut disebabkan keduanya mempunyai titik pangkal yang sama yaitu hati nurani. Jadi keduanya adalah merupakan gambaran jiwa/hati sanubari yang bersifat kejiwaan dan abstrak.
      Akhlak adalah merupakan sikap jiwa yang telah tertanam dengan kuat yang mendorong pemiliknya untuk melakukan perbuatan. Demikian juga iman/kepercayaan adalah bertempat dalam hati yang mempunyai daya dorong terhadap tingkah laku perbuatan seseorang.
      Rasulullah pernah bersabda, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
اَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ اِيْمَانًا اَلْمَسْنُهُمْ خُلُقَ
Artinya:  orang mukmin yang sempurna imannya adalah yang terbaik budi pekertinya.
Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak
Salah satu ciri khas ilmu adalah bersifat pragmatis. Orang yang berakhlak karena kelakuan terhadap Tuhan semata-mata, maka dapat menghasilkan kebahagiaan antara lain:
a.      Mendapatkan tempat yang baik di dalam masyarakat
b.      Akan disenangi orang dalam pergaulan
c.      Akan dapat terpelihara dari hukum yang bersifatnya manusiawi dan sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan
d.      Orang yang bertakwa dan berakhlak akan mendapat pertolongan dan kemudahan dalam memperoleh keluhuran, kecukupan dan sebutan yang baik
e.      Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala penderitaan dan kesukaran
Dalam islam kedua jalur hubungan tersebut diatur apa yang dinamakan dengan “amal saleh” atau lebih tegasnya disebut dengan akhlak. Oleh karena itu, maka akhlak adalah sangat penting bagi manusia dan juga merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.[11]
Akhlak juga merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk lainnya. Setiap orang tidak lagi peduli soal baik atau buruk, soal halal dan haram. Karena yang berperan dan berfungsi pada diri masing-masing manusia adalah elemen syahwat (nafsu) nya yang telah dapat mengalahkan elemen akal pikiran, oleh karena itu Imam Al-Ghazali dalam kitabnya “Mukasyafatul Qulub” menyebutkan bahwa Allah menciptakan manusia (anak Adam) lengkap dengan elemen akal syahwat (nafsu). Maka barang siapa yang nafsunya mengalahkan akalnya, hewan melata lebih baik dari pada manusia itu. Sebaliknya bila manusia dengan akalnya dapat mengalahkan nafsunya, maka dia derajatnya di atas malaikat.
Menurut Dr. Hamzah Ya’cub hikmah dari akhlak adalah:
1.      Meningkatkan derajat manusia
2.      Menuntun kepada kebaikan
3.      Manifestasi kesempurnaan iman
4.      Keutamaan di hari kiamat
5.      Kebutuhan pokok dalam keluarga
6.      Membina kerukunan antar tetangga
7.      Untuk menyukseskan pembangunan bangsa dan negara
8.      Dunia betul-betul membutuhkan akhlak karimah

F.     Sejarah Perkembangan Akhlak dan Tasawuf
1.      Sejarah perkembangan akhlak[12]
a.      Akhlak pada bangsa Yunani
Ditandai dengan munculnya Sophisticians (orang-orang yang bijaksana)
b.      Akhlak pada agama Nasrani
Dasarnya adalah Teocentris (Tuhan adalah sumber akhlak)
c.      Akhlak pada bangsa Romawi
d.      Akhlak pada agama islam
Titik pangkal pada wahyu Tuhan dan akal manusia
2.      Sejarah perkembangan tasawuf[13]
a.      Masa Tabi’in: ada istilah Nussak, yaitu orang-orang yang menyediakan dirinya untuk beribadah kepada Allah. Tokohnya Hasan Basri yang benar-benar mempraktekkan tasawuf.
b.      Istilah tasawuf muncul pada abad ke-2 H yang digunakan oleh Abu Hasyim
c.      Abad ke-3 H muncul tasawuf yang menonjolkan pemikiran eksklusif seperti Al-Jaliaj
d.      Pada abad ke-5 H muncul Al-Ghazali yang mendasarkan tasawuf pada Al-Qur’an dan Hadis
e.      Abad ke-6 H berkembang tarekat-tarekat untuk melatih dan mendidik para murid seperti yang dilakukan oleh Sayid Ahmad Rifa’i dan Sayid Abdul Qadir Jaelani.

PENUTUP

Kesimpulan
            Dari penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan akhlak dan tasawuf itu mempunyai hubungan yang sangat erat, begitu pula akhlak dengan lmu-ilmu lainnya contohnya ilmu hukum, sosiologi dll. Akhlak adalah tabiat seseorang yakni jiwa yang telah terlatih sehingga dalam jiwa tersebut telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa dipikirkan. Sedang tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang merupakan fitrah manusia dengan tujuan untuk mencapai hakikat tinggi.
            Sejarah perkembangan tasawuf yaitu mulai dari abad pertama hijriyah sampai pada abad keenam hijriyah. Sedangkan sejarah perkembangan akhlak yaitu periode Yunani, periode abad pertengahan, periode bangsa Arab dan periode abad modern.

DAFTAR PUSTAKA

A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka setia)
http://sugiartoagribisnis.wordprees.com/
http.//www.aminazizcenter.com/artikel-61-kuliah-akhlak-tasawuf.html/2009
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997)
Nasution, Harun, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983).



[1] A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka setia), hal. 12
[2] Ibid.
[3] Ibid., 15
[4] Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan bintang, 1985), hal. 56-57
[5] Mustofa, Akhlak Tasawuf, 202
[6] Ibid., 204
[7] Mustofa, Akhlak Tasawuf, 18
[8] http.//www.aminazizcenter.com/artikel-61-kuliah-akhlak-tasawuf.html/2009
[9] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 181-185
[10] Mustofa, Akhlak Tasawuf, 21
[11] Mustofa, Akhlak Tasawuf, hal. 20
[12] http://sugiartoagribisnis.wordprees.com/
[13] Mustofa, Akhlak Tasawuf. 209

Tidak ada komentar:

Posting Komentar