free counters

Sabtu, 16 April 2011

ASAL USUSL MANUSIA DAN PEMBENTUKAN RAS

Oleh: Abdurrahman
(Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Adab Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam)
A.    Pendahuluan
Dipandang dari sudut biologis manusia hanya merupakan suatu macam makhluk di antara lebih dari sejuta macam makhluk lain yang ada di dunia. Pada pertengahan abad ke-19 para ahli bologi, dan yang terpenting adalah C. Darwin, megumumkan teori mereka tentang proses evolusi biologi. Menurut teori ini, bentuk-bentuk hidup tertua di muka bumi terdiri dari satu sel yang sangat sederhana seperti misalnya protozoa. Dalam jangka waktu beratus-ratus juta tahun lamanya timbul dan berkembang bentuk-bentuk hidup berupa makhluk-makhluk dengan organisasi yang makn lama makin kompleks, dan pada kala-kala terakhir ini telah berkembang atau berevolusi makhluk seperti kera dan manusia.
Nampaknya, australophitecus merupakan leluhur jenis homo sekitar 3 juta tahun lalu di afrika, dimana Homo Erectus sebelumnya berkembang. Satu cabang humanoiid mulai sekitar 250.000 tahun yang lalu dan tetap di Afrika. Cabang lainnya berkembang 60.000 atau 70.000 tahun yang lalu. Beberapa anggotanya tinggal di Afrika dan lainya menyebar ke seluruh dunia.
Pernyataan Darwinis mendukung bahwa manusia moderen berevolusi dari sejenis makhluk yang mirip kera. Selama proses evolusi tanpa bukti ini, yang diduga telah dimulai dari 5 atau 6 juta tahun yang lalu, dinyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk peralihan antara manusia moderen dan nenek moyangnya. Menurut skenario ini, ditetapkanlah empat kelompok dasar yaitu: Australophithecines (berbagai bentuk yang termasuk dalam genus Australophitecus), Homo Habilis, Homo Erectus, dan Homo sapiens.
dalam penergtian biologis yang sebenarnya. Dengan singkat ras dapat didefinisikan sebagai populasi suatu jenis yang berbeda dalam frekuensi keadaan suatu atau beberapa gen yang berbeda dari poulasi lain dari jenis yang sama. Asumsi tentang adanya perbedaan perilaku diantara ras manusia masalah untuk masyarakat jaman sekarang, yang tidak diabaikan begitu saja.
B.     Asal Usul Manusia Menurut Darwin Dalam Teori Evolusi
Manusia merupakan suatu jenis makhluk yang telah bercabang melalui proses evolusi dari semacam makhluk primat. Soal asal mula dan proses evolusi manusia, dipelajari dan diteliti secara khusus oleh sub-ilmu natropologi yaitu paleoantropologi, dengan menggunakan  bekas-bekas tubuh manusia yang berupa fosil yang terkandung dalam lapisan-lapisan bumi sebagai baha penelitian. Namun, karena manusia merupakan suatu cabang yang palig muda ari makhluk primat, maka soal asal mula dan proses evolusinyan tidak dapat dilepaskan seluruhnya oleh proses percabangan mahluk primat. Walaupun masih terdapat perbadaan pendapat di anara para ahli paleoantropologi mengenai berbagai aspek dari proses percabangan itu, tetapi ahir-ahir ini mereka telah sepaham mengenai garis besar proses tersebut. Selain menganalisa data mengenai fosil kera dan manusia yang tersimpan dalam lapisan bumi, mereka juga menggunakan data ilmu-ilmu lain seperti: paleobgeografi[1] dan paleogeologi[2], serta metode analisa potassium argon[3] dari ilmu geologi.
1.      Evolusi Suku Primat
Menurut penelitian paling ahir, percabangan dari suku primat mempunyai empat cabang, di antaranya adalah:
a.       Mahluk mamalia
Binatang ini muncul kira-kira 70.000.000 tahun yang lalu, di dalm suatu zaman yang menurut ahli geologi disebut Kala Paleosen Tua.[4] Dalam masa yang agak lama mahluk primat tadi bercabang lebih lanjut ke dalam berbagai sub suku dan infra-suku husus dan di antranya telah terjadi percabangan antara keluarga kera-kera pongid atau kera-kera besar dari keluarga hominid yang mempunyai sabagai angota mahluk nenek moyang manusia.
b.      Kera pongopygmeus atau orangutan
Cabang ini muncul pada permulaan Kala Miosen kira-kira 20.000.000 tahun lalu. Daerah asal orangutan ini adalah Afrika Timur yang ketika itu masih menjadi satu dengan daerah Arab. Vegitasi di Afrika Timur pada waktu itu belum berupa sabana dengan gerombolan-gerombolan hutan yang jarang seperti halnya sekarang, tetapi masih tertutup hutan rimba. Orangutan memang merupakan mahluk kera yang tinggal di pucuk-pucuk pohon basar dan tinggi, dan hidup dari buah-buahan besar, bebas dari gangguan mahluk hutan rimba lainnya. Oragutan membiak dan menyebar melalui pucuk-pucuk pohon-pohon besar di daerah hutan rimba di Asia Barat Daya, Asia Selatan.kira-kira pada bagian ahir Kala Miosen terjadi beberapa perubahan basar pada kulit bumi dan pada lingkungan alamnya, benua Afrika membelah dari Asia, dan dari proses tersebut terjadilah Laut Merah dan belahan bumi beupa lembah yang mendalam, bernama Great Rift Valley, yang merupakan pemisah alam secaa ekologi yang membujur dari utara ke selatan antara Afrika Barat dan Tengah dengan Afrika Timur. Proses perubahan besar lainya adalah menyempitnya daerah hutan rimba di Afrika yang menyebabkan lingkungan lam Afrika Timur menjadi sabana, terjadinya gurun di daerah Arab, serta berkurangnya daerah hutan rimba di India. Orangutan tadi rupanya tidajk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan besar dalam lingkungan tadi, lalu menghilang dari Afrika, Asia Barat Daya dan Asia Selatan, tetapi dapat bertahan di Asia Tenggara di mana hutan rimba lebat masih ada. Sampai sekarang sisa-sisanya yang terahir masih hidup di hutan rimba di Kalimantan Barat dan Tengah.
c.       Nenek moyang manusia
Percabangan ini terjadi kira-kira terjadi 10.000.000 tahun yang lalu pada bagian terahir dari Kala Miosen. Fosil-fosil mahluk ini menunjukan sifat yang lai daripada ynag lain, yaitu ukuran badan raksasa yang jauh lebih besar dari kera Gorilla yang hidup sekarang. Fosil-fosil itu ditemukan di bukit Siwalik di kai Himalaya, dekat Simla (India Utara), di sebuah kedai Cina di Hongkong, dan di lembah Bengawan Solo di Jawa. Oleh para ahli disebut gigantropus (Kera-Manusia Raksasa). Para ahli memperkirakan bahwa Kera Manusia raksasa ini juga hidup dalam kelompok-kelompok seperti halnya jenis-jenis kera besar lainya, dan dengan demikian dapat bertahan hidup, membiak dan juga menyebar dari Afrika ke Asia selatan dan Tenggara. Namun, karena perubahan  yang terjadi pada ahir kala Miosen, maka ahirnya kandas disana karena sebab-sebab yang belum diketahui.
d.      Kera pongid yaitu Gorilla dan Chimpanze
Percabangan ini terjadi kira-kira 12.000.000 tahun yang lalu pada ahir kala Miosen. Kedua mahluk kera dari Afrika ini dapat menyesuaikan diri dengan berevolusi mengembangkan organisme yang hidup di pohon maupun di darat. Di Afrika Tengah berlangsung evolusi organisme dari kera Gorilla, sedangkan di daerah hutan Afrika Barat berlangsung evolusi organisme dari Chimpanzee. Proses percabangan ini yang kemudian ileh para ahli antropologi akan berevolusi menjadi manusia.
2.      Mahluk primat sebagai pendahulu manusia
Kira-kira seabad yang lalu para ahli biologi dan paleoantropologi masih mengira bahwa soal siapakah nenek moyang manusia itu dapat dipecahkan dengan menemukan sejenis mahluk yang telah kandas, yang merupakan penfhubung antara kera dan manusia dalam silsilah hidup. Dengan demikian usaha terpenting dari para ahli tersebut adalah mencari mahluk penghubung yang hilang (missing link) dalam silsilah perkembangan alam mahluk di muka bumi.
Sekarang, dengan kemajuan-kemajuan di bidang ilmu paleoantropologi dan geologi, konsepsi para ahli mengenai  missing link itu sudah berubah. Mahluk itu sudah tidak lagi dipandang sebagai suatu mahluk yang berada di antara kera dan manusia, tetapi sebagai seekor mahluk pendahuluan atau induk-induk yang mendahului baik kera-kera besar (pongid) maupun manusia, yang keduanya hanya merupakan spesialisasi khusus dari mahluk induk tadi. Karena proses percabangan antara berbagai jenis kera besar dengan manusia itu tidak hanya terjadi satu kali melainkan beberapa kali dan beberapa tempat, maka dengan demikian sebenarnya ada lebih dari satu mahluk induk. Seperti pada bagan berikut:
(konsepsi lama mengenai missing link)      (konsepsi baru mengenai missing link)
Kera                                                         Mahluk Induk

Missing link                                                                 mahluk induk
 


   Manusia            Kera-Kera Besar      Kera-Kera Besa                  Manusia

3.      Evolusi Manusia
Bumi Indonesia telah banyak memberi sumbangan kepada dunia ilmu pengetahuan untuk memecahkan asal mula manusia, karena di dala kandungan bumi Indonesia-lah ditemukan bekas-bekas manusia tertua. Karena manusia sangat erat kaitannya dengan kera besar kontemporer, maka sring dianggap bahwa manusia berasal dari kera besar itu. Anggapan ini tidak tepat. Dalam kenyataanya, baik manuisa maupun kera kontemporar berkembang dari nenek moyang yang sama. Kera memisahkan dari nenek moyang ini dan berkembang dengan garisnya sendiri, sementara manusia juga memisahkan diri dan mengembangkan diri dengan garis yang berbeda.
  1. Australopithecines
    Meski banyak rinciannya yang masih belum diketahui, garis besar proses evolusi manusia sudah sangat dikenal sekarang. Pada umumnya, para mahasiswa yang mempelajari evolusi manusia setuju bahwa homid yang pertama adalah mahluk yang termasuk kedalam genus Australopithecus. Mahluk-mahluk yang membentuk genus ini secara kolektif disebut Australopithecines. Bukti fosil pertama dari Australopithecines adalah sebuah tengkorak anak-anak yang ditemukan oleh Raymond Dart di Taung Afrika selatan, pada tahun 1924. sejak saat itu, banyak bukti fosil Australopithecines lainnya ditemukan. Fosil-fosil Australopithecines yang telah ditemukan sampai saat ini diperkirakan berumur tiga atau empat juta tahun, dan satu varietas dari tersebut bertahan hidup dalam rentang waktu empat sampai satu juta tahun yang lalu. Mahluk-mahluk ini biasanya lebih sering disebut dengan mahluk kera, ketimbang mahluk manusia yang sebenarnya. Istilah yang terahir ini dipakai untuk anggota genus homo. Namun, Australopithecines secara definitif lebih menyerupai manusia daripada menyerupai kera.
Dalah hal ukuran, Australopithecines sangat kecil dibandingkan dengan manusia modern, tinggi badan dalam keadaan berdiri tidak lebih dari empat atau lima kaki, berat rata-rata berangkali tidak lebih dari 50 pound. Mereka memilii tubuh yang hampir sudah berdiri tegak dan berjalan dengan dua kaki (bipedial). Kemampuan ini jelas memisahkan mereka dengan kera yang memiliki postur tubuh mebungkuk dan berjalan dengan empat kaki (quadrupedal). Cara berjalan tegak dan berjalan dengan dua kaki pada Australopithecines ini adalah ciri manusia yang membedakannya dengan mahluk lain dan dapat dijakikan bukti yang kuat untuk menganggapnya sebagai hominid.
  1. Neandertals dan manusia modern
Tahap penting lainnya dalam evolusi manusia diwakili dengan Neandertals, hominid ini mewakili satu bentuk awal dari genus dan species homo sapiens, tetapi mereka ditempatkan dalam sub-species mereka sendiri, Neandertalensis. Diperkirakan mereka berkembang dari Homo Erectus sekitar 110.000 tahun yang lalu dan bertahan hidup sampai munculnya manusia modern sekitar 35.000 tahun yang lalu.
Dengan munculnya Neandertals evolusi manusia semakin lengkap. Neandertals sudah memiliki kapasitas tengkorak  rata-rata 1.350 cm2, mendekati kapasitas menusia modern. Dengan demikian, ada alasan kuat untuk mempercayai bahwa mereka telah mencapai tingkat intelektual yang sejajar dengan kapasitas intelektual manusia sekarang. Neandertals berbeda dengan kita terutama dalam struktur tengkorak dan kerangka bawah kepalanya. Mereka adalah hominid yang kasar, dengan wajah lebar dan alis kening besar. Tulangg kerangka bawah kepalanya juga kasar. Pada umunya kekasaran ini dipandang sebagai adaptasi terhadap iklim yang sangat dingin ditempat mereka hidup. Namun, disamping kekasaran struktur fisik yang mencolok ini, dalam banyak hal mereka sudah berstatus manusia modern.
Pada tahun 35.000 yang lalu, mahluk manusia yang betul-betul modern muncul di muak bumi, Neandertals segera lenyap di muka bumi. Perubahan pokok biologis yang menandai transisi menjadi homo sapiens meliputi perubahan dalam kekasaran fisik. Kekasaran yang merupakan ciri Neandertals digantikan dengan anatomi manusia modern. Perubahan penting lainnya terletak pada bidang kebudayaan. Sejak saat itu manusia adalah pemburu dan peramu canggih yang telah melengkapi pengembangan kultural bernialai yang memungkinkan mereka beradaptasi dengan berbagai lingkungan. Perubahan penting yang terjadi dalam kenyataan hidup manusia sejak saat itu hingga kini adalh perubahan kebudayaan.
  1. Perkembangan penting dalam evolusi manusia
Perkembangan krusial dalam evolusi manusia adalah perubahan ke postur tubuh yang berdiri tegak dan berjalan dengan dua kaki. Dan memang, inilah krakteristik utama yang kita asosiasikan dengan mahluk manusia. Perkembangan ini sangat penting karena krakteristik membebaskan tangan yang sebelumnya dipakai untuk berjalan. Tangan, setelah bebas dapat digunakan untuk keperluan lain, dan yang terpenting diantaranya adalah penggunaaan peralatan.
Keuntungan terbesar yang diberikan peralatan adalah karena peralatan memungkinkan eksploitasi lingkungan yang sangat menguntungkan. Munculnya penggunaan alat di kalangan manusia akhirnya memungkinkan mereka mengembangkan teknologi yang kompleks, yang pada gilirannya memungkinkan mereka mengembangkan kebudayaan. Tetapi faktor lain juga berpengaruh dalam perkembangan kebudayaan. Yang terpenting diantaranya ialah penimgkatan bertahap dalam ukuran dan kompleksitas otak. Peningkatan ini memberikan kemampuan belajar yang luar biasa kepada manusia. Manusia mulai memiliki fleksibelitas yang luar biasa dalam hal kemampuan mereka beradaptasi dengan alam melalui berbagai cara yang lebih dari sekedar cara yang diwariskan secara genetis dan ketika manusia melakukannya, mereka mulai berhasil hidup  di lingkungan yang lebih luas dan beragam.
C.     Pembentukan ras
Para ahli antropologi dahulu berusaha meneliti sifat politipis jenis manusia dengan secara sistematis mengklasifikasikan homo sapiens menjadi subjenis atau ras, atau dasar lokasi geografi dan ciri-cirinya yang fenotipis (fisik) seperto warna kulit, besarnya tubuh, bentuk kepala dan lebatnya rambut. Kalsifikasi seperti ini terus menghadapi tantangan karena adanya individu yang tidak cocok dengan klasifikasi itu, seperti orang Afrika yang berkulit putih atau orang Caucasoid yang berkulit gelap.
1.      Ras sebagai konsep biologis
Untuk memahami mengapa pendekatan rasional terhadap variasi umat manusia sangat sulit, pertamatama kita memahami konsep ras dalam penergtian biologis yang sebenarnya. Dengan singkat ras dapat didefinisikan sebagai populasi suatu jenis yang berbeda dalam frekuensi keadaan suatu atau beberapa gen yang berbeda dari poulasi lain dari jenis yang sama. Meskipun definisi ini tampak sederhana dan jelas, tetapi ada tiga hal yang harus diperhatikan di sini.  Yaitu:
a)  Definisi itu tidak pasti. Tidak ada kesepakatan mengenai berapa banyak perbedaan genetis yang diperlukan untuk membentuk sebuah ras.
b)  Tidak berarti sebuah ras secara eksklusif mengandung varian yang has dari sebuah atau beberapa gen.
c)  Individu-individu yang satu belum tentu bisa dibedakan dengan individu yang lain.
2.      Konsep ras manusia
Sebagai alat memahami umat manusia, konsep ras biologis mengandung sejumlah kelemahan serius. Yang ,mana ketegori itu tidak pasti, sehingga sulit mencapai kesepakatan tentang kalsifikasi tertentu. Misalnya, kalau peneliti yang satu memberi tekanan pada warna kulit, sedangkan yang lainnya memberi tekanan pada pada perbedaan kelompok darah, maka tidak dapat diharapkan mereka akan mengklarisifikasikan manusia dengan cara yang sama. Barangkali, andaikata jenis manusia dibagi dalam populasi pembiakan yang relatif terpisah-pisah, hal itu tidak akan menjadi masalah meskipun hal itu masih terbuka untuk diperdebatkan.
3.      Ras dan perilaku
Asumsi tentang adanya perbedaan perilaku diantara ras manusia masalah untuk masyarakat jaman sekarang, yang tidak diabaikan begitu saja. Sepanjang sejarah, ras-ras tertentu dianggap memiliki ciri-ciri tertentu pula. Karekteristik itu mendapat nama-nama yang berbeda.
4.      Ras dan intelejensi
Salah satu pernyataan yang sering dikemukakan oleh mereka yang tidak bisa melihat kepincangan-kepincangan konsep ras ialah ada atau tidak suatu ras yang memiliki yang secara inheren memiliki intelejensi yang lebih tinggi daripada yang lain. Tes-tes yang diadakan oleh orang-orang kulit putih  dan hitam menunjukan bahwa orang kulit putih mendapat nilai yang lebih tinggi.

D.    kesimpulan
dalam skala kehidupan, manusia termasuk ke dalam ordo taksonomi yang dikenal dengan primata. Anggota lain dari ordo ini adalah anggota keluarga cebidae (kera dunia baru) dan keluaga cercopithecidae (kera dunia lama), primata yang agak jauh hubungannya dengan manusia. Yang juga termasuk anggota primata ini adalah hylobatidae (kera besar: chimpanse, gorilla dan orangutan). Dengan primata-primata ini , terutama kera besar, manusia mempunyai hubungan yang sangat dekat. Namun, manusia termasuk dalam ordonya sendiri dalam ordo primata yaitu hominidae. Lebih dari itu, semua mahluk manusia kontemporer adalah referensentatif dari hanya satu genus dab species, homo sapiens.
Karena manusia sangat dekat hubungannya dengan kera besar kontemporer, maka sering dianngap bahwa manusia berasal dari kera besar itu. Anggapan ini tidak tepat. Dalam kenyataannya, baik manusia maupun kera kontemporer berkembang dari nenek moyang yang sama. Kera memisahkan diri dari nenek moyangnya dan berkembang dengan garisnya sendiri, sedangkan manusia juga memisahkan diri dari nenek moyangnya danjuga berkembang sesuai dengan garisnya sendiri.
Para ahli antropologi dahulu berusaha meneliti sifat politipis jenis manusia dengan secara sistematis mengklasifikasikan homo sapiens menjadi subjenis atau ras, atau dasar lokasi geografi dan ciri-cirinya yang fenotipis (fisik) seperto warna kulit, besarnya tubuh, bentuk kepala dan lebatnya rambut. Kalsifikasi seperti ini terus menghadapi tantangan karena adanya individu yang tidak cocok dengan klasifikasi itu, seperti orang Afrika yang berkulit putih atau orang Caucasoid yang berkulit gelap.

            dalam penergtian biologis yang sebenarnya. Dengan singkat ras dapat didefinisikan sebagai populasi suatu jenis yang berbeda dalam frekuensi keadaan suatu atau beberapa gen yang berbeda dari poulasi lain dari jenis yang sama. Asumsi tentang adanya perbedaan perilaku diantara ras manusia masalah untuk masyarakat jaman sekarang, yang tidak diabaikan begitu saja.

BUKU RUJUKAN

Haviland, William A. 2008, Antropology terjemah R.G. Sukadijo dengan judul Sosiologi Jakarta: Erlangga.
Koenjaraningrat. 2002, Pengantar Ilmu Antrpologi, Jakarta: Rineka Cipta.
Sanderson, Stephen K. 2003. Macrososiology terjemah Farid Wajidi dan S. Menno, dengan judul Makro Sosiologi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.



[1] Ilmu bumi zaman purba.
[2] Ilmu tentang lingkungan alam pada zaman purba.
[3] Metode analisa terbaru mengenai umur dari lapisan-lapisan bumi.
[4] Kala paleosen adalah salah satu masa dalam perkembangan kulit bumi. Para ahli geologi telah membagi kulit bumi menurut umurnya , dari yang palling tua hingga yang paling muda kedalam masa-masa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar